Bab 6 Bagaimana Umat MUSLIM Berusaha Untuk MEMPERTAHANKAN (MEMBELA) ALQURAN

Dalam bab-bab sebelumnya saya telah menanggapi beberapa usaha M.M. Ali, seorang apologis Islam, untuk mempertahankan ayat-ayat Alquran yang berpotensi menyulitkan Islam. Sekarang saya akan membahas mengenai argumentasi-argumentasi yang lebih umum yang sering digunakan oleh para pembela Islam untuk membenarkan klaim-klaim Islam atas kebenaran Islam secara berlebih-lebihan.

Pembelaan 1: Alquran akan mengkonfirmasikan dirinya sendiri sebagai wahyu dari Allah kepada orang-orang  yang mengamatinya (mempelajarinya) dengan penuh rasa hormat.

Umat Muslim menekankan pada siapapun yang akan mengamati Alquran agar bersikap penuh hormat bahkan sebelum mulai membacanya. M.Z. Khan mengingatkan :

Seorang pembelajar Alquran harus memiliki kualitas tertentu agar dapat mempelajarinya dengan baik ………Dua di antaranya yang paling penting adalah rasa hormat dan kerendahan hati. Alquran mengklaim sebagai firman Allah. Seorang pembaca non-Muslim mungkin tidak dapat menerima hal ini, tetapi dia harus menyimpannya di dalam hati dan menghormatinya. Alquran akan memberi reaksi terhadap seseorang yang mempelajarinya  dengan sikap semaunya sendiri terhadap Alquran. Jika seseorang mulai dengan asumsi bahwa Alquran adalah suatu rekayasa, studinya  ………. akan mengkonfirmasikan prasangka yang sebelumnya telah diasumsikannya tersebut. Seorang siswa Alquran harus membersihkan pikirannya dari segala prasangka ……… Alquran mengharapkan pikiran terbuka.1

Khan bahkan mengklaim bahwa jika Alquran tidak mengesankan kita atau  jika kita menemukan adanya kekeliruan-kekeliruan logis atau pelanggaran norma-norma kesusilaan  di dalamnya, hal tersebut berarti kitalah yang harus dipersalahkan bukan Alquran.

Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebuah kitab yang mengklaim sebagai Firman Allah seharusnya justru siap dipertanyakan kebenarannya secara jujur oleh para pembacanya. Khan tidak memberi kesempatan kepada para pembaca yang akan mempertanyakan Alquran karena hal tersebut merupakan sikap tidak menghormati Alquran.  Apapun yang bersikap tidak menghormati  Alquran dicapnya sebagai “kesombongan”, “berprasangka”, atau “tidak takzim”.2 Hal tersebut merupakan cara pengultusan yang berupaya untuk memperdayakan atau membingungkan orang dan akhirnya justru membuat kaum intelektual yang berpotensi untuk masuk Islam membatalkan niatnya.

Pernyataan Khan mengenai “pikiran terbuka” sebenarnya berarti “pikiran kosong”. “Pikiran kosong” berarti tidak berfungsinya logika.

Pembelaan 2: Cara Alquran dilantunkan demikian indahnya dalam bahasa Arab membuktikan bahwa Alquran adalah ilham Ilahi.

Para apologis Muslim merapsodikan dan bahkan menyimfonikan tentang kepuitisan dan keindahan pesonanya bagi telinga kita manakala Alquran dilantunkan dalam bahasa Arab. Seandainya hal tersebut benar sekalipun apakah kita harus menerimanya sebagai suatu bukti atas klaim yang menyatakan bahwa Alquran adalah wahyu Ilahi ? Apakah kebenaran wahyu Ilahi semata-mata ditentukan oleh keindahan bunyi lantunannya ? Semua retorika semacam itu hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk mengelabuhi para pembaca kritis agar tidak memperhatikan atau bahkan tidak mempedulikan kejahatan-kejahatan kemanusiaan , moralitas palsu, kekerasan-kekerasan , dan pengulangan-pengulangan yang sesungguhnya merupakan eksistensi, realita dan esensi atau ciri Alquran yang sebenarnya.

Pembelaan 3 : Seandainya dianggap sebagai kelemahan, Alquran memang mempunyai kelemahan tetapi kelemahannya adalah bahwa pesan-pesannya hanya dapat diungkapkan dengan menggunakan bahasa Arab tidak bisa menggunakan bahasa-bahasa lain karena bahasa-bahasa lain tidak akan mampu menyampaikan pesan Alquran yang sebenarnya.

Kalau memang bahasa-bahasa lain tidak mampu menyampaikan pesan-pesan Alquran, bagaimana dengan terjemahan-terjemahan Alquran ke dalam bahasa-bahasa lain yang telah dikerjakan oleh para ilmuwan dan para ahli tersebut ? Apakah mereka semuanya ngawur ? Kalau mereka ngawur  bagaimana mungkin hasilnya mendekati sama, padahal mereka tidak bekerja sama ? Ketika  para apologis Muslim ditanya mengenai arti beberapa ayat Alquran oleh seorang Amerika , mereka akan menjelaskannya dengan menggunakan bahasa Inggris yang sederhana dan mudah dimengerti. Kalau memang para apologis Muslim tersebut dapat menjelaskan dengan menggunakan bahasa Inggris berarti bahasa lain ternyata juga mampu menyampaikan pesan-pesan Alquran.

Kalau makna Alquran hanya dapat dijelaskan seutuhnya dengan menggunakan bahasa Arab, hal itu berarti Alquran bukanlah suatu wahyu Ilahi yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia.

Kalau makna Alquran hanya dapat dijelaskan seutuhnya dengan menggunakan bahasa Arab, hal itu berarti Alquran bukanlah suatu wahyu Ilahi yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, kecuali Allah mewajibkan seluruh umat manusia mempelajari bahasa Arab. Faktanya, para guru agama Islam di madrasah-madrasah  mewajibkan jutaan siswa non-Arab untuk menghafalkan seluruh isi Alquran dalam bahasa Arab yang tidak mereka ketahui artinya sama sekali. Para kiailah yang kemudian menjelaskan interpretasinya dengan menggunakan bahasa setempat.

Pembelaan 4: Tanpa adanya inspirasi Ilahi , karya agung kesusasteraan seperti ini tidak mungkin dibuat oleh seorang manusia yang tidak berpendidikan.

Jutaan orang yang tidak pernah membuka Alquran mendengar dari umat Muslim bahwa Alquran merupakan sebuah buku yang ajaib. Bahkan sejumlah ilmuwan sekuler memujinya. Sejumlah profesor enggan membicarakan sesuatu yang akan menyebabkan mahasiswa-mahasiswa Muslim memboikot kelas-kelas mereka.

Dengan pujian-pujian yang berlebih-lebihan terhadap Alquran seperti itu, orang-orang yang tidak pernah membaca Alquran-pun tertarik untuk segera mulai membacanya dengan penuh antusias  dengan harapan bahwa mereka juga akan mendapatkan ilham. Namun kebosanan segera membuat harapan mereka untuk mendapatkan ilham menjadi kandas di tengah jalan. Dalam Surat 7 : 157 dikatakan bahwa Muhammad adalah Nabi yang buta-huruf (ummi). Dalam Surat 7 : 184 dikatakan bahwa Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.

Untuk menuliskan ajaran-ajarannya ke dalam kertas-kertas kulit, seorang buta-huruf  dengan cakrawala berpikir yang sangat terbatas seperti Muhammad tentu saja  memerlukan bantuan dari orang lain yang lebih berpendidikan.  Atau dia hanya mengulang-ulang saja ayat-ayat yang telah ditulis sebelumnya agar catatannya penuh. Bagaimana mungkin pengulangan-pengulangan yang demikian banyaknya itu tidak membosankan para pembacanya ? Inilah kesulitan yang dihadapi Muhammad. Berikut ini contoh pengulangan-pengulangan yang dimaksud.

Surat 1 hanya terdiri dari 7 ayat. Surat 2 terdiri dari 286 ayat. Mulai Surat 2 inilah pembaca akan menjumpai pengulangan-pengulangan, misalnya Surat 2:7 Muhammad memperingatkan umat non-Muslim tentang “siksa yang amat berat” yaitu hukuman di neraka. Surat 2:10 dia memperingatkan akan adanya “siksa yang pedih”. Dalam Surat 2 : 24 dia menulis tentang “neraka yang bahan bakarnya manusia………. yang disediakan bagi orang-orang kafir”. Dalam Surat 2:39 dinyatakan “Adapun orang-orang yang kafir ……….., mereka itu penghuni  neraka,  mereka kekal di dalamnya”. Dalam Surat 2 : 48 Muhammad memperingatkan “akan adanya azab hari kiamat”. Surat 2:81 memperingatkan “orang-orang yang berbuat dosa, mereka itulah penghuni neraka,, mereka kekal di dalamnya”. Dalam Surat 2 : 85 dia menyatakan “pada hari kiamat  mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat”. Dalam Surat 2 : 86 Muhammad menyatakan “maka tidak akan diringankan siksa mereka”. Dalam Surat 2: 89 dia menyatakan “maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar”.

Dalam Surat 2:90 dinyatakan “Karena itu mereka mendapat murka sesudah mendapat kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan”. Dalam  Surat 2:98  dinyatakan “maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”.

Para pembaca pada umumnya mengharapkan Muhammad mengurangi pengeksploitasian tema-tema nerakanya. Namun sebaliknya Muhammad terus menerus memperingatkan orang akan neraka. Rata-rata setiap 9,5 ayat dari 286 ayat yang ada dalam Surat 2  terdapat  1  ayat  yang isinya mengancam orang-orang non-Muslim dan orang-orang Muslim yang ingkar dengan siksa neraka. Bahkan rata-rata setiap 7,4 ayat dari 200 ayat yang ada dalam Surat 3  terdapat  1 ayat yang memperingatkan tentang api neraka. Rata-rata setiap 7,2  ayat dari 176 ayat yang ada dalam Surat 4  terdapat 1 ayat yang berbicara tentang neraka. Rata-rata setiap 8 ayat dari 120 ayat yang ada dalam Surat 5 terdapat  1 ayat yang berbicara tentang pelemparan ke dalam api neraka.

Rata-rata setiap 7,9 ayat dari seluruh ayat yang ada dalam Alquran terdapat 1 ayat yang berbicara tentang ancaman neraka.

Menurut terjemahan Alquran berbahasa Inggris yang dikerjakan oleh Rodwell, di dalam seluruh Alquran terdapat 114 Surat dengan jumlah ayat sebanyak 6.151.  783 ayat di antaranya merupakan ayat ancaman hukuman api neraka, kemurkaan, hukuman kekal dan kebinasaan.  Hal tersebut berarti rata-rata setiap 7,9 ayat dari seluruh ayat yang ada dalam Alquran terdapat 1 ayat yang berbicara tentang ancaman neraka.

Memang, Alkitab juga memberi peringatan tentang neraka, tetapi tidak sebanyak Alquran. Menurut “New Strong’s Exhaustive Concordance of the Bible”, kata “neraka” disebut 31 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama, itu berarti 1 kali dalam setiap 774 ayat.3 Kata “neraka”, “kebinasaan”, dan “api” (api dalam arti neraka) disebut 74 kali 4 dalam Alkitab Perjanjian Baru, itu berarti 1 kali dalam setiap 120 ayat.

Menurut Muhammad orang-orang yang ditargetkan masuk api neraka jahanam adalah orang-orang yang tidak patuh kepada perintah Allah, yang menolak Muhammad sebagai nabi, dan yang mempertanyakan (meragukan) kebenaran dari inspirasi Alquran. Selain itu  orang-orang yang menolak untuk maju perang demi Islam atau orang-orang yang mengundurkan diri dari medan perang membela Islam juga ditargetkan masuk neraka jahanam (Surat 8 : 16; 9 : 49).

Mudah bagi umat non-Muslim seperti kami untuk menyarankan pada umat Muslim agar mengesampingkan ayat-ayat tentang ancaman neraka atau perang yang dicanangkan Muhammad dan hanya melaksanakan ayat-ayat dalam Alquran yang baik-baik saja. Umat Muslim tidak akan mau menerima saran semacam itu. Para otoritas Islam menekankan bahwa seluruh isi Alquran adalah Firman Allah yang ditetapkan di surga baik yang menyangkut masalah akhirat, pembatalan (penghapusan) ayat-ayat, ancaman-ancaman neraka, dan peperangan. Jadi Alquran sendiri merupakan dongkrak  secara de facto yang dapat digunakan oleh orang-orang Muslim radikal untuk mendongkrak  orang-orang Muslim moderat untuk meninggalkan kemoderatannya  dan menjadi radikal. Itulah sebabnya dalam rangka untuk mempertahankan diri orang-orang non-Muslim harus melakukan sanggahan atau bantahan terhadap Alquran.  Sekaranglah waktunya bagi kita untuk terus melakukan bantahan-bantahan atau sanggahan sepantasnya.

Jika seorang penulis moderen menyerahkan suatu kitab semacam Alquran kepada seorang penerbit, buku tersebut akan ditolak karena dianggap sebagai buku pegangan bagi suatu peribadahan radikal yang dirancang untuk memanipulasi para pengikutnya dan mengintimidasi orang-orang yang bukan pengikutnya dengan teror-teror. Kegemaran Muhammad mengancam siapa saja dengan api neraka mungkin menjadi salah satu alasan bagi banyak kalangan umat Muslim moderat untuk tidak membaca Alquran. Mereka lebih baik disalahkan karena tidak membaca Alquran daripada membacanya dan kemudian dihinggapi  rasa  takut dengan ancaman-ancaman untuk menerima kotbah-kotbah yang penuh gembar-gembor yang bersifat radikal sebagai normatif.

Banyak orang berhenti membaca Alquran karena merasa dihantui atau ketakutan oleh ancaman-ancaman api neraka dan siksaan-siksaan yang menanti mereka di hari kiamat.

Tema-tema lain yang sering diulang-ulang oleh Muhammad termasuk :

Pernyataan yang berbunyi :”Dan Kami turunkan kepadamu Alquran” (Surat 16 : 14; 21 : 10) sering diulang-ulang oleh Muhammad sampai hampir 100 kali dalam Alquran.

Kisah mengenai anak domba dalam Pesta Paskah Yahudi telah disingkirkan dari 27 kali pengulangan cerita yang sama mengenai epos Musa dan Firaun yang tertulis dalam Alquran.

Salah satu bahan kotbah yang paling disukai oleh Muhammad adalah saga Musa lawan Firaun. Dia mengulang-ulang cerita tentang Musa lawan Firaun tersebut sampai 27 kali dalam 89 Bab pertama Alquran. Namun sungguh menimbulkan tanda tanya mengapa dari 27 kali pengulangan itu tidak satu kalipun Muhammad menceritakan tentang bagian yang paling integral dari kisah itu yang dikenal dengan nama Pesta Paskah Yahudi. Padahal sebagian besar masyarakat Mekah dan Medinah termasuk orang-orang penyembah berhala tahu benar bahwa umat Yahudi setiap tahun merayakan Pesta Paskah  tersebut.  Bahkan kemungkinan besar penduduk Mekah juga tahu bahwa umat Kristen mengidentifikasi anak domba Paskah Yahudi sebagai bayang-bayang dari Yesus Kristus, sang Anak Domba Elohim. Selain itu, Muhammad sesungguhnya mengenal  orang-orang Kristen  termasuk  di antaranya Waraqah yang menjadi saudara sepupu Siti Khadijah (isteri Muhammad pertama). Mengapa Muhammad mencoret bagian integral dari Pesta Paskah Yahudi tersebut ? Apakah hal itu disebabkan karena Muhammad telah memutuskan untuk menyangkal bahwa Yesus mati sebagai  “Anak Domba Elohim, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1 : 29) sehingga dengan sengaja dia  menghindari bayang-bayang Yesus sebagai penebus dosa manusia yang dilambangkan oleh anak domba Paskah Yahudi dalam Perjanjian Lama tersebut ?  Apapun alasannya, Muhammad masih terus saja mengklaim paling sedikit sebanyak 12 kali bahwa dia mengkonfirmasikan kitab Injil Kristen dan kitab Torat Yahudi (lihat Surat 2 : 97, 101).

Muhammad mencampuradukkan dan mengacaukan berbagai kisah  Alkitab serta  para tokoh pelakunya seolah-olah semua kisah dan pelaku tersebut merupakan produk dari kurun waktu atau jaman yang sama, padahal sebenarnya  masing-masing kisah dan pelaku yang ditulis dalam Alkitab tersebut merupakan produk dari jaman-jaman yang berbeda. Muhammad menyatakan dalam Alquran bahwa Hamam hidup pada jaman Musa dan dia bekerja untuk Firaun membangun sebuah menara dari batu-batu bata sebagai sebuah sarana untuk mencapai surga (Surat 28 : 38 dan Surat  40: 36-37). Nampaknya Muhammad dibingungkan dengan kisah menara Babel yang diungkapkan dalam kitab Kejadian 11 : 4.  Padahal sesungguhnya Hamam hidup di Persia dan dia bekerja untuk raja Ahasyweros. Untuk lebih terperinci lihat kitab Ester. Masih banyak lagi contoh-contoh lain di antaranya kisah mengenai Nuh, kisah mengenai Lot dengan Sodom dan Gomora, dan sebagainya. Bahkan kisah-kisah yang kacau-balau tersebut diulang-ulangnya berkali-kali.

Sangat Banyak Kata Ganti, Sangat Sedikit Kata Benda

Muhammad mengganti beratus-ratus kata benda yang sangat penting dengan kata ganti yang sangat ambigu (mengandung makna ganda dan sulit ditebak maksudnya). Misalnya dalam Surat 8 : 19 dikatakan :”Jika kamu mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti, maka itulah yang lebih baik bagimu”. Dalam dua pernyataan tersebut terdapat 4 kali kata “kamu”. Siapa yang dimaksud oleh Muhammad dengan kata “kamu” tersebut ? Mengenai apa keputusan itu ? Siapakah yang harus berhenti ? Dia harus berhenti dari apa ? Muhammad tidak memberikan jawaban yang spesifik atas pertanyaan tersebut, bahkan dalam konteks ayat itu sekalipun.

Perhatikan alangkah beraninya Rodwell menebak-nebak kata-kata benda yang disingkirkan Muhammad dari Surat 8 : 19 tersebut (kalau dia salah menebak akibatnya fatal karena itu bisa berarti dia merubah isi Alquran). Dengan tebakan tambahan yang tercetak miring tersebut kalimat dalam Surat 8 : 19 menjadi : “Wahai orang-orang Mekah ! Jika kamu mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu menghentikan peperangan, maka itulah yang lebih baik bagimu”.

Pembelaan 5 : Kekerasan melawan umat Yahudi dan umat-umat non-Muslim lain dapat dibenarkan pada jaman Muhammad, tetapi tidak seorangpun perlu takut pada kekerasan yang dilakukan umat Muslim sekarang.

Para apologis Muslim seringkali menyatakan dengan tegas bahwa peperangan antara Muhammad atau para penggantinya melawan  umat Yahudi atau umat non-Muslim lain sebenarnya merupakan perang yang sah karena umat Muslim melakukannya sebagai pembelaan diri atas serangan umat non-Muslim. Klaim semacam itu  telah menipu banyak orang yang tidak mengenal Alquran atau tidak mengenal asal usul Alquran. Tidak ada ceritanya bahwa kaisar Augustus atau raja George menarik pajak  dari  orang-orang Arab pada jaman Muhammad. Selain itu Muhammad bukanlah George Washington yang harus berjuang merebut kemerdekaan melawan tirani. Mekah dan Medinah pada jaman Muhammad merupakan dua wilayah yang bebas dan merdeka. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh para tokoh yang dipilih secara demokratis menurut ukuran waktu itu.

John L. Esposito, seorang profesor dalam kajian Islamologi di Universitas Georgetown,  mungkin merupakan seorang apologis Islam yang paling terpelajar dalam sejarah. Bukunya yang berjudul Islam: The Straight Path pada saat ini telah digunakan sebagai buku teks bagi ratusan kursus dalam kajian Islam yang setingkat akademi di seluruh Amerika dan di negara-negara berbahasa Inggris.5 Profesor Esposito juga merupakan editor dari Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. Perhatikan bagaimana dia membenarkan kekerasan yang dilakukan Muhammad terhadap orang-orang Mekah dan orang-orang Yahudi. Dia menyatakan: “Peperangan yang  dilakukan oleh Muhammad pada umumnya tidak berbeda dengan kebiasaan Arab , juga tidak berbeda dengan kebiasaan dari para nabi Yahudi. Keduanya percaya bahwa Tuhan berperang melawan musuh-musuhNya.6

Esposito mengacu pada Musa, Yosua, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang berperang melawan musuh-musuh Israel.  Acuan-acuan ini dimaksudkan untuk meyakinkan kita bahwa Muhammad — dengan cara merampok para kafilah, membantai para penyair, memperbudak atau mengusir orang-orang Yahudi — meneguhkan dirinya sendiri sebagai salah seorang nabi dalam barisan nabi-nabi Israel. Esposito menyelinapkan suatu anakronisme yang tidak masuk akal.  Dia menyatakan bahwa para nabi Israel juga menggunakan pedang dalam melayani Tuhan.  Padahal para nabi Israel seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Mikha, Amos, Maleakhi dan nabi-nabi yang datang belakangan tidak pernah menggunakan pedang atau merekomendasi penggunaan pedang dalam menghadapi musuh-musuh Israel.

Sehubungan dengan masalah umat Yahudi di Medinah, Esposito menjelaskan : “Setelah peperangan besar antara umat Muslim melawan penduduk Mekah usai, salah satu suku bangsa Yahudi di Medinah dinyatakan bersalah karena melanggar Konstitusi Medinah dan mereka dijatuhi hukuman dengan cara diusir dari Medinah”.7 Dia juga mengklaim : “Alquran menuduh suku-suku bangsa Israel secara reguler melakukan pelanggaran terhadap berbagai perjanjian”.8 Dia kemudian mengutip Surat 2 : 100. 9

Marilah kita cermati 2 hal yang tertulis dalam Surat 2 : 100 yang diajukan oleh Esposito yaitu istilah secara reguler (setiap berkala) dan segolongan (segelintir) dari mereka (orang-orang Yahudi).  Bagaimana mungkin dikatakan secara reguler , sedangkan perjanjian yang mereka anggap telah dilanggar oleh orang Yahudi hanya  Konstitusi Medinah (satu-satunya perjanjian yang dibuat antara umat Yahudi dengan umat Muslim). Selanjutnya kalau memang segolongan (segelintir) dari mereka (orang-orang Yahudi) melakukan pelanggaran, mengapa Muhammad, sebagai arbiter , tidak membicarakan hal tersebut  terlebih dahulu dengan suku-suku Yahudi yang lainnya sebagai kelompok mayoritas orang-orang  Yahudi  yang tidak melanggar agar mereka dapat membujuk segolongan (segelintir) orang Yahudi yang dianggap melanggar tersebut untuk melakukan  koreksi dan menciptakan kembali perdamaian ? Mengapa Muhammad justru menyingkirkan  semua orang Yahudi tanpa kecuali ? Bukankah yang dianggap bersalah hanya satu kelompok (segelintir orang) mengapa seluruh kelompok harus menanggung kesalahan itu ?

Satu hal yang pasti yaitu baik Muhammad , Esposito, maupun para apologis Muslim lainnya tidak dapat menunjukkan bukti-bukti otentik yang dapat digunakan untuk membenarkan tindakan brutal Muhammad dalam mengusir, membunuh, dan memperbudak umat Yahudi di Medinah. Perbuatan tersebut adalah perbuatan kriminal yang tidak dapat ditolerir.

Memang tidak dapat disangkal bahwa Profesor Esposito adalah seorang ilmuwan yang pandai, tetapi saya rasa tindakannya  membela Islam secara bias tersebut bertujuan untuk mengaburkan fakta-fakta kebenaran yang ada.

Umat Muslim tidak punya dasar sama sekali untuk melukiskan pengkhianatan  dan kekerasan yang dilakukan  Muhammad terhadap umat Yahudi di Medinah sebagai suatu tindakan untuk membela diri.

Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Jika memang umat Yahudi merencanakan atau bahkan merasa takut  akan timbulnya konflik dengan umat Muslim, sudah pasti mereka akan menimbun makanan-makanan ekstra dan air yang banyak di dalam benteng-benteng mereka sebagai persiapan bagi adanya kemungkinan mereka akan dikepung dalam jangka waktu lama.  Menurut catatan umat Muslim, setiap kali orang-orang Yahudi diserang oleh Muhammad mereka selalu tidak mempunyai persediaan makanan dan minuman yang cukup sehingga hanya dalam beberapa hari saja mereka menyerah.

Ketiadaan persiapan semacam itu sudah tentu merupakan suatu masalah serius (kecerobohan serius) bagi suatu bangsa yang sedang menghadapi musuh.  Sudah jelas, hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya orang-orang Yahudi memang tidak punya rencana sedikitpun untuk menjadikan Muhammad dan umat Muslim sebagai musuh mereka, sehingga mereka tidak perlu persiapan apapun.

Jadi, umat Muslim tidak punya dasar sama sekali untuk menggambarkan bahwa kekerasan yang dilakukan Muhammad terhadap umat Yahudi sebagai tindakan membela diri. Mereka juga tidak punya dasar untuk mengatakan bahwa 109 ayat yang memerintahkan perang yang terdapat dalam Alquran hanya ditujukan dan diterapkan untuk orang-orang Muslim pada jaman Muhammad di negeri Arab waktu itu saja dan tidak untuk diterapkan di tempat-tempat lain pada masa kini bahkan pada hari ini.  Muhammad sendiri mengatakan bahwa dia menghendaki agar kekerasan yang dilakukannya tanpa dipikirkan masak-masak terlebih dahulu tersebut  dapat dijadikan contoh supaya dilakukan oleh umat Muslim di masa-masa datang dalam rangka meluaskan siar Islam sampai terwujudnya cita-cita Muhammad untuk mengislamkan seluruh dunia (maksudnya Islam menjadi satu-satunya agama di dunia).

Berikut ini dua contoh para apologis Muslim kontemporer yang berusaha untuk menentang persepsi tentang Islam sebagai suatu agama yang dilahirkan dalam kekerasan dan untuk berperilaku penuh kekerasan (kekasaran).

Dr. Hasan Hathout

Dia adalah seorang apologis Muslim moderat yang membeberkan tentang klaim-klaim Islam yang tidak benar yang dilontarkan oleh kaum radikal. Dia juga seorang pembicara dari Pusat Studi Islam yang berpangkalan di Los Angeles, Kalifornia Selatan.  Dr. Laura Schlessinger mewawancarai Dr. Hasan Hathout dalam acara wawancara radio yang disiarkan secara nasional selama tiga jam penuh pada tanggal 5 Oktober 2001. 10 Percakapan ini mengungkapkan secara konstruktif  strategi yang cerdik dan halus dari seorang  apologis Islam yang sangat terampil.

Dr. Laura menanyakan pada Dr. Hathout apakah memang benar bahwa Islam sedang terlibat dalam “suatu perjuangan apologetika  melawan dunia Barat dalam rangka menciptakan  suatu dunia Islam”. Hathout tahu bahwa jawaban yang benar adalah “ya”, tetapi bila dia menjawab “ya”, dia mengkonfirmasikan kecurigaan dan rasa khawatir terhadap tujuan-tujuan Islam di Barat. Dia juga tahu bahwa bila dia menjawab “tidak”, dia akan ditertawakan dan dianggap pengecut oleh orang-orang Muslim radikal. Maka akhirnya Hathout menghindari untuk memberi jawaban “ya” atau “tidak”. Sebaliknya dia mengatakan: “Saya telah belajar untuk tidak mempercayai apapun yang saya baca”. Dr. Laura tahu hal itu maka dia mengatakan kepada Dr. Hathout : “Anda belum menjawab pertanyaan saya”. Tetapi Dr. Laura berkata lebih lanjut:  “Baiklah, kita lupakan pertanyaan itu”. Sekarang marilah kita lanjutkan dengan pertanyaan berikut : “Apakah benar bahwa pelaku bom bunuh diri mengharapkan pahala berupa 72 houris cantik  untuk melayani kebutuhan seksualnya di firdaus sebagai upah dari pengorbanannya ?” Dengan tertawa Hathout menjawab: “Hal tersebut merupakan dongengan eksotis”. Seandainya Dr. Laura dapat mengantisipasi  tentang kemungkinan jawaban semacam itu sebelumnya, dia pasti akan menyiapkan diri dengan ayat-ayat tersebut agar dapat ditunjukkan kepada Hathout atau dibacakannya sehingga memungkinkan dia untuk menanggapi jawaban Hathout itu dengan mengatakan : “Jadi anda percaya bahwa Alquran mengandung suatu dongengan yang eksotis”.

Selanjutnya Hathout menambahkan : “Membunuh diri sendiri dilarang dalam Islam” , padahal Surat 2 : 207 nyaris berarti boleh membunuh diri. “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah”.

Ada perbedaan mendasar antara  mengorbankan nyawa sendiri dengan sengaja melalui cara kekerasan demi mendapatkan pahala dari Allah menurut keyakinan orang-orang Muslim radikal dengan mengorbankan diri sebagai pilihan yang tidak dapat dihindari demi melayani Tuhan atau demi mewujudkan cinta kasih kepada sesama manusia menurut konsep Alkitab Perjanjian Baru.

Ketika Dr. Laura mengutip sejumlah ayat yang memerintahkan perang, Hithout menyatakan bahwa perintah melaksanakan perang dan kekerasan itu sifatnya sementara, artinya hanya untuk waktu dan situasi saat itu. Seandainya  saja Dr. Laura lebih jeli melihat situasi dia pasti tahu bahwa itulah saatnya yang tepat baginya untuk melanjutkan dengan pertanyaan  gaya seorang pengacara sebagai berikut: “Secara pasti apakah yang dimaksud dengan waktu dan situasi saat itu yang menurut anda kekerasan dapat dibenarkan ?”  “Apakah itu berarti bahwa setiap Muslim masa kini yang berada dalam situasi yang seperti situasi  saat itu tersebut di atas juga akan dibenarkan untuk melakukan kekerasan ?

Jika Hathout berkata : “O, hal itu tidak berlaku untuk saat ini”. Dr. Laura dapat melanjutkan dengan pertanyaan:  ” Apakah anda dapat mengutip ayat dalam Alquran yang memastikan umat Muslim masa kini bahwa mereka dilarang menggunakan kekerasan lagi terhadap umat Yahudi dan umat Kristen karena perintah kekerasan yang dinyatakan oleh Muhammad waktu itu hanya berlaku untuk situasi kehidupan umat Muslim pada jaman Muhammad saja (dan sekarang tidak berlaku lagi)”. Hathout pasti akan mengalami kesulitan besar (namun patut disayangkan Dr. Laura tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut).

Dalam suatu kesempatan justru Hathout mengungkapkan bahwa: “Konstitusi Amerika adalah esensi  dari Islam yang benar”. Kalau demikian pertanyaan selanjutnya adalah: “Lalu mengapa di antara 55 negara Muslim tidak ada satupun yang menerapkan demokrasi (seperti Amerika) ?”

Seorang pewawancara Barat yang kurang informasi justru akan menyebabkan seorang propagandis Islam untuk mempromosikan Islam secara leluasa.

Ketika seorang penelpon mengajukan suatu pertanyaan yang sama, Hathout menjawab bahwa Islam belum dijalankan secara murni di negara-negara Islam karena mereka masih dikuasai oleh para diktator. Seharusnya penelpon tadi menanyakan lagi :”Mengapa Iran yang dipimpin oleh seorang ulama Muslim juga menerapkan pemerintahan diktator ?”  Dan jika Islam memang merupakan kekuatan spiritual dan politis yang sangat hebat di dunia , mengapa Islam tidak mampu menggantikan  satupun dari sistem pemerintahan diktator yang ada dengan sistem pemerintahan yang menjamin hak-hak asasi manusia ?

Namun, memang harus diakui ada juga pernyataan Hathout yang benar yaitu pernyataannya bahwa Konstitusi Amerika mengandung suatu hal yang dikenal dengan baik dalam Islam yaitu salah satu amandemen terhadap Konstitusi Amerika  menyatakan bahwa Konstitusi tersebut menjamin hak untuk memilih  bagi seorang wanita tetapi Konstitusi itu tidak menjamin sama sekali hak wanita yang telah menikah untuk tetap seumur hidup menjadi satu-satunya isteri bagi suaminya sekalipun mereka tinggal terpisah (hal itu dapat diartikan bahwa Konstitusi Amerika masih memberi peluang pada seorang dengan status masih suami orang untuk mengawini wanita lain).  Islam memperbolehkan laki-laki menikahi empat isteri. Jadi benarlah kata Hathout bahwa Konstitusi Amerika adalah esensi dari Islam yang benar.

Jadi kesimpulannya, seorang pewawancara Barat yang kurang informasi justru akan menyebabkan seorang propagandis Islam untuk mempromosikan Islam secara leluasa.

Dr. Khaled Abou El Fadl

Adakalanya seorang Muslim moderat menentang pandangan Islam radikal, tetapi kedua kubu tersebut tidak pernah menyangkal mengenai integritas dan inspirasi Ilahi Alquran. Misalnya, harian Los Angeles Times tertanggal 2 Januari 2002 , menyampaikan suatu testimonial kepada Khaled Abou El Fadl, seorang profesor Muslim dalam bidang kajian Hukum di UCLA karena dia menegur orang-orang Muslim radikal sebagai “puritan yang tidak punya toleransi” 11

Kecaman-kecaman Abou El Fadl  melalui e-mail, melalui perkuliahan, dan melalui berbagai buku yang ditulisnya, telah membuat marah orang-orang Muslim radikal sepanjang dari Arab Saudi sampai Los Angeles. Dia menerima banyak sekali ancaman kematian dari berbagai kelompok Muslim radikal, sehingga dia harus memasang sistem keamanan canggih di sekeliling rumahnya.

Teresa Watanabe melaporkan bahwa strategi Abou El Fadl adalah mencari Hadis yang moderat untuk menetralkan pengaruh dari ayat-ayat yang memerintahkan perang  yang tertulis dalam Alquran dan Hadis yang radikal yang sudah dikenal secara umum. Dengan cara ini dia berusaha membujuk umat Muslim radikal agar mengikuti jalur moderat dan toleransi.

Alhasil, Abou El Fadl menjadi hilang harapan manakala dia menemukan di dalam Alquran sendiri adanya hal-hal  yang dapat  menyeimbangkan pengaruh dari ayat-ayat yang memerintahkan perang yang tertulis dalam Alquran maupun perintah penumpahan darah yang tertulis dalam Hadis radikal tersebut.

Itulah sebabnya seseorang yang mengenal Islam dengan baik tidak akan mengutip ayat-ayat dari Alquran manakala dia berargumentasi  dengan orang-orang Muslim mengenai kemoderatan. Anda dapat mengutip ayat-ayat Alquran untuk membahas hal itu hanya kalau anda berbicara dengan orang-orang non-Muslim dalam konteks anda akan melakukan pembelaan terhadap agama Islam. Umat Muslim yang paham benar akan Alquran tahu dengan pasti bahwa Alquran tidak pernah mendukung bahkan tidak memberi tempat sama sekali bagi kemoderatan.

Artikel yang ditulis oleh Watanabe tidak menunjukkan bukti-bukti sama sekali bahwa Abou El Fadl  mendiskreditkan atau menolak apapun yang dikatakan oleh Muhammad dalam Alquran. Itulah sebabnya kita tidak bisa mengambil manfaat sama sekali dari usaha Abou El Fadl yang setengah-setengah dalam memoderatkan  pandangan-pandangan Islam radikal tersebut.

Pembelaan 6: Kalau ada perbedaan antara cerita-cerita Alkitab dengan revisi-revisi yang dilakukan Muhammad atas cerita yang sama, umat Yahudi dan umat Kristen-lah yang harus disalahkan bukan Muhammad.

Para apologis Muslim menyatakan dengan tegas bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen telah mengadakan perubahan yang tidak sah pada naskah asli Alkitab, sehingga Tuhan merasa wajib turun tangan dengan mengutus Muhammad untuk mengembalikan isi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru kepada keasliannya yang semula yaitu dalam wujud Alquran.12

Perbuatan semacam itu sama saja dengan perbuatan seorang yang membeli rumah tetangga sebelah rumah anda dan kemudian dia menyatakan bahwa seseorang telah merubah dengan cara tidak sah hak kepemilikan rumah anda dan sekaligus juga hak kepemilikan rumah tetangga sebelahnya yang lain, jadi dia merasa perlu untuk memperbaiki kesalahan dalam kepemilikan tersebut. Tetapi setelah semuanya diperbaiki, tiba-tiba dia menyatakan bahwa sekarang dialah yang menjadi pemilik yang sah dari ketiga rumah tersebut yaitu rumah yang baru dibelinya, rumah anda dan rumah tetangga sebelahnya yang satu lagi . Benar-benar tetangga yang jahat !  Dalam dunia nyata, suatu hukum yang berlaku  akan menghentikan penipuannya tersebut, tetapi dalam dunia maya dari teologia Islam tidak ada pengadilan  untuk mengadu bagi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru yang tertipu tersebut.

Dalam agama Islam, para ulama Muslim diwajibkan untuk mengajarkan pengajaran yang sulit ini di dalam mesjid-mesjid, yang dimaksud adalah pengajaran yang menyatakan bahwa sebenarnya peristiwa Pesta Paskah Yahudi tidak pernah ada dalam kitab Keluaran. Orang-orang Yahudi-lah yang dengan seenaknya sendiri menambahkan hal itu. Juga kisah Gideon yang memilih 300 kesatria  sebetulnya tidak ada, yang ada bukan Gideon tetapi raja Saul, hanya karena suatu kekeliruan raja Saul disebut Gideon oleh orang-orang Yahudi dan Kristen.

Islam dengan cara yang sangat arogan memamerkan pengajaran tanpa dasar tersebut demi kepentingan Islam dan untuk menutupi kesalahan Muhammad dan Alquran.

Perhatikan bahwa baik Yesus, para rasul, dan orang-orang Kristen dari segala abad tidak pernah merevisi satu katapun dari Alkitab Perjanjian Lama tanpa mengacu pada teks-teks yang lebih kuno yang mungkin baru ditemukan. Para ilmuwan Yahudi dan Kristen seringkali saling melakukan konsultasi, tetapi para ilmuwan Muslim tidak merasa perlu untuk membandingkan dengan teks-teks kuno yang lebih otentik. Mereka merasa sudah tahu semuanya jadi tidak perlu bertanya-tanya lagi.

Kalau memang Allah benar-benar berbicara kepada Muhammad , Dia pasti akan menyatakan bahwa Dia tidak akan mengkonfirmasikan  (membenarkan) Alkitab umat Yahudi dan Kristen karena Alkitab tersebut telah diselewengkan. Namun lihat apa yang terjadi, Allah melalui Muhammad  justru menyatakan berkali-kali dalam Alquran bahwa Alkitab umat Yahudi dan Kristen dikonfirmasikan (dibenarkan) oleh Alquran, jadi bukan dikoreksi. Jadi jelas bahwa Muhammad sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Baru telah diselewengkan.  Justru para apologis Islam-lah yang sebenarnya mengoreksi naskah  asli Muhammad  yang membahas mengenai Alkitab Perjanjian Lama dan Baru tersebut.

Muhammad menyatakan bahwa Alkitab umat Yahudi dan Kristen dikonfirmasikan  (dibenarkan) bukan dikoreksi oleh Alquran.

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, Alquran mengkritik umat Yahudi atas ketidakpatuhan  dan ketidakpercayaan mereka pada Alkitab Perjanjian Lama dan atas perbuatan mereka menjual sejumlah ayat kepada orang-orang Arab penyembah berhala dengan harga rendah. Perhatikan umat Yahudi hanya menjual dengan harga rendah bukan menyelewengkan isi Alkitab Perjanjian Lama tersebut (Bacalah Surat 2 : 41).

Pembelaan 7: Tuhan memberi kepada keturunan Ishak yaitu orang-orang Yahudi suatu Wahyu dalam bahasa Ibrani. Tentunya Tuhan juga akan memberi kepada keturunan saudara tiri Ishak, Ismael, suatu Wahyu dalam bahasa Arab, bukan ?

Penganut paganisme Arab abad ke-7 melihat perkembangan kesusasteraan, perdagangan , dan kebudayaan dari kaum penganut monoteisme yang disebut kaum Yahudi dan Kristen yang tinggal di Kekaisaran Roma sedemikian pesatnya sehingga mereka kemudian mengaitkan antara monoteisme dengan perkembangan dan kemajuan. Melihat kenyataan semacam itu muncullah kerinduan dalam hati para penganut paganisme Arab akan datangnya masa di mana mereka akan mengalami kemajuan seperti yang dialami kaum Yahudi dan Kristen tersebut.

Sementara itu Muhammad dengan cerdik menggunakan kesempatan itu untuk mempengaruhi dan mengiming-imingi para penganut paganisme Arab dengan janji bahwa akan segera datang masa yang mereka rindukan tersebut asal saja mereka mau menerima dirinya (Muhammad) sebagai nabi, menerima Alquran sebagai kitab suci mereka, dan menerima Allah sebagai sesembahan monoteis mereka sehingga pada gilirannya mereka akan menjadi sama majunya seperti umat Yahudi dan Kristen.

Muhammad menyatakan dengan tegas bahwa bangsa Arab adalah keturunan Abraham melalui Ismael. Pernyataan tersebut dikatakannya dengan tujuan untuk melegitimasi iming-imingnya yang dia tawarkan tersebut di atas.

Muhammad berusaha merubah wahyu kitab Perjanjian Lama yang sesungguhnya menyatakan bahwa hanya Ishak-lah satu-satunya yang menyandang predikat pewaris perjanjian Tuhan dengan Abraham, bukan Ismael. Silahkan membaca kitab Kejadian 17 : 18-21 dan 21 : 12-13.

Falsafah supremasi tetap menjadi dasar kebijakan utama agama Islam sepanjang Abad Pertengahan dan pada masa kini ditampilkan dalam wujud baru dan dengan potensi baru.

Muhammad yang mengklaim dirinya sendiri sebagai keturunan Ismael semula berusaha untuk membangun Islam sebagai agama persaudaraan, tetapi karena merasa umat Yahudi telah mengkhianatinya, dia kemudian menggantikan wujud Islam yang semula sebagai agama persaudaraan menjadi Islam sebagai agama yang membunuh saudara-saudaranya (umat Yahudi).

Alquran menyatakan dengan tegas tentang kesupremasian agama Islam sebagai berikut : “Dialah yang mengutus Rasul-Nya (Muhammad) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci” (Surat 61 : 9).

Kesupremasian dalam Alquran dicanangkan melalui sarana kekerasan, pertumpahan darah, pengkhianatan, pembunuhan, dan perbudakan. Hal tersebut sungguh sangat berbeda dengan kesupremasian yang dicanangkan dalam Alkitab Perjanjian Baru. Yesus Kristus mengajarkan : ” Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan. Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki  dian sehingga menerangi semua orang  di dalam rumah itu” (Matius 5 : 13-15). Selanjutnya Yesus mengajarkan berdoa sebagai berikut : ” Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga” (Matius 6 : 9-10). Bukankah ajaran-ajaran Yesus tersebut di atas dapat dikatakan sebagai supremasi di atas  segala supremasi ?

Catatan:

  1. Muhammad Zafulla Khan, trans., The Quran (New York: Olive Branch Press, 1997), n.p.
  2. Ibid.
  3. New Strong’sExhaustive Concordance of the Bible (Iowa Falls, IA: World Bible Publishers), n.p.
  4. Ibid.
  5. John L. Esposito, Islam: The Straight Path, 3rd ed. (New York: Oxford University Press, 1998), p. X; copyright 1998  by Oxford University Press, Inc. Used by permission.
  6. Ibid., p. 15
  7. Ibid.
  8. Ibid. (Lihat bab 2).
  9. Ibid., p. 15.
  10. Hasan Hathout, interview by Laura Schlessinger, “Dr. Laura on the Radio”, October 5, 2001, Premeire Radio Networks, quoted in Randall Price, Unholy War (Eugene, OR: Harvest House, 2001)), pp. 211-214.
  11. Teresa Watanabe, “Battling Islamic Puritans”, Los Angeles Times, January2, 2002, n.p.
  12. Esposito, Islam, p. 12.

About siapmurtad

Siap memaparkan kesalahan alquran
This entry was posted in BUKU and tagged , , . Bookmark the permalink.

10 Responses to Bab 6 Bagaimana Umat MUSLIM Berusaha Untuk MEMPERTAHANKAN (MEMBELA) ALQURAN

  1. loman says:

    Hallo KAum Non Muslim,,
    = Jangan lah biasakan diri anda berbohong, takut lah kepada Tuhan yang menciptakan Kamu dan tuhan alam Semesta, apalagi kalau kamu sudah tahu yang benar tapi memposting yang menyesatkan,,waw,waw, Berani Sekali kamu kawan non Muslim menentang ALLAH SWT Tuhan Pencipta Alam semesta……
    Kebnyakan tulisan saudara yang NON Muslim ,, adalah bertolak belakang dari Ajaran islam.
    mengabil dari literatur yang di karang oleh Kaum Non Muslim juga yang jelas isi nya adalah bohong , rekayasa dan Fitnah,,bukan sesuai dengan ajaran islam yang sebenarnya.
    Non Muslim ,,ayo pelajari lagi Injil atau kata orang bule Bible, rasakan apakah benar isi nya murni dari Tuhan atau sudah di robah tangan manusia. Bagi umat islam /Kristen ,,bacalah kitab INJIL PL-PB dari awal sampai akhir ,,lalu baca juga TERJEMAHAAN ALQURAN DARI awal sampai akhir,,dan bandingkan lah isi dari kedua nya,,,
    mana yang isi yang lebih murni hati anda akan menjawab nya.
    Dan pelajari asal muasal timbul nya agama Kristen. Pelajari dari mana , siapa asal usul Paulus,,Ajaran Kristen adalah ajaran umat Nasrani ( Nasrani -Umat yesus yang asli) yang di sesat kan oleh Paulus.
    Sayang umat kristen sudah di bohongi Ribuan tahun tapi tak bnyak mau berfikir jernih.
    Umat islam mempercayai Ijil dan Taurat ( Musa), Zabur ( nabi Daud), adalah kitab Dari Allah SWT untuk umat Israel yg di bawa oleh Nabi Mulai ISA atau Yesus Versi Bahasa Kristen.
    Lihat ayat AL Quran Berikut :
    [3.1] Alif laam miim.

    [3.2] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.

    [3.3] Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

    [3.4] Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).

    Sayang Kitab di atas yg ada sekarang sudah di robah oleh tangan2 Manusia
    dan cari lah kebenaran,, apalgi di tambah dengan pembuktian secara ilmiah,
    Kebenaran akan sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia.
    Telah jelas bagi orang yang mau befikir ,,
    MANA JALAN YANG LURUS DAN MANA JALAN YANG SESAT.
    Tak ada paksaan untuk memeluk agama islam,,lihat dalam ayat quran berikut.
    Kepada umat islam,,,
    Jangan lah menghina Yesus,,karena jiak di hubungkan dengan NABI dalam islam Yesus adalah Nabi ISA yang kita muliakan, Teapi sejarah kehidupan nya disesatkan dan distorsi dan di plintir oleh kaum Nasrani dan Yahudi.

    Bagi yang atheis,,silahkan renungkan lagi diri sendiri,,
    cari lah kebenaran .
    JANGALAH MENGATAKAN SESUATU YANG KITA TIDAK TAHU
    ALIAS BERBOHONG
    Surat 2;23:
    Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
    Surat 2-24:
    Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
    Surat 2-78:
    Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.
    Surat 2-79:
    Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.
    Surat 2-101:
    Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).
    Surat 2-113:
    Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.
    Surat 2-159:
    Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,
    Surat 2-160:
    kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
    Surat 2-174:
    Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.
    Surat 2-176:
    Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.
    Surat 2-256:
    Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
    [3.65] Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
    [3.66] Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
    [3.67] Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”
    [3.69] Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.
    [3.70] Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).
    [3.71] Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?

    Surat 3-70:
    Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).
    Surat 3-71:
    Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?
    Surat 4-48:
    Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat ma’siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.
    Surat 4-171:
    Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

    • pemimpi says:

      korban dari muhammad dan allah stw, bisanya nakut nakuti tanpa dasar sama sekali ditanya dineraka jawaban muhammad lol allah swt juga lol, masih mau jadi korban muhammad saw dan bonekanya bernama allah swt??????????????

    • @loman..
      Bagaimana kau membuktikan allah mu itu adalah tuhan pencipta alam semesta sedangkan allahmu itu hanya ngumpet di goa hira tanpa bisa membuktikan eksistensinya..? Pernahkah allah mu itu memperlihatkan wujudnya atau berwahyu langsung kepada muhammad dan didukung saksi selain muhammad…
      Muhammad itu penipu dan memanfaatkan allahnya untuk menakut nakuti orang agar menuruti keinginannya dan mengakuinya sebagai nabi…..

      Allah swt adalah berhalanya suku muhammad yg berwujud dzat (materi) batu hitam dengan roh iblis goa hira didalamnya…. tidak sama dengan Tuhannya nabi nabi…

      • Anonymous says:

        KALAU TUHAN WUJUD BENTUK MANUSIA MUDAHLAH MANUSIA MEMBUNUHNYA… LIHAT APA YANG TERJADI PADA JESUS… MAMPU MENGUBATI ORANG SAKIT TETAPI TIDAK MAMPU MELAWAN KEKEJAMAN KENAPA YA??? MENGAPA JESUS PERLUKAN PERTOLONGAN MANUSIA UNTUK MENEBUS DOSA MANUSIA??? MENGAPA DIA TIDAK MELAKUKANNYA SENDIRI??? JEWS YANG MEMBUNUHNYA JUGA BAKAL MASUK SYURGA WALAUPUN TIDAK MEMPERCAYAINYA KERANA MEREKALAH, TUHAN KAMU MAMPU MELAKUKAN PENEBUSAN DOSA MANUSIA…

  2. pemimpi says:

    Bagaimana karakter IBLIS, dapat anda simak dan anda pahami sesuai dengan karakter ALLOW SWT:
    Allow swt Penyesat
    Sendiri
    QS 04 : 143
    QS 04 : 88
    QS 05 : 41
    QS 06 : 39
    QS 07 : 178
    QS 13 : 27
    QS 14 : 4
    QS 16 : 93
    QS 18 : 17
    QS 30 : 29
    QS 35 : 8
    QS 39 : 23
    QS 39 : 36
    QS 40: 74
    QS 40 : 34
    QS 42 : 44
    QS 42 :46
    QS 45 : 23
    QS 47 : 1
    QS 74 : 31
    Berbagi tugas dengan setan setan
    QS 04 : 118
    QS 15 : 39.
    QS 38 : 82
    Mengutus setan setan
    QS 19 : 83.
    QS 43 : 36
    Pemimpin setan setan
    QS 21 : 82
    Sama seperti IBLIS
    QS8 : 24
    Allow swt PENIPU ULUNG Huwallahu khoirul maaqirin
    QS 3 : 54
    QS 8 : 30
    QS 4 : 142
    QS 10 : 21
    QS 27 : 50
    QS 43 : 79
    QS 86 : 16
    Allow pembohong
    QS 42 : 51
    QS 2 : 259
    Allow Pembuat kacau
    QS 6 : 123
    Alow sadis
    QS 9 : 5
    QS 8 : 12
    QS 4 : 89

  3. Anonymous says:

    Is the Bible ‘evil’?
    Moral accusations against God and Scripture fall flat

    by Lita Cosner

    Published: 21 September 2010(GMT+10)

    Every so often, we receive emails from Christians who are troubled by anti-Bible websites lurking in the darker hovels of the Internet. One such website (not linked to, since we don’t want to give them any undeserved publicity) accuses God of being morally corrupt, and Scripture of reflecting this in the commands and actions it records. Christians should not be surprised that unbelievers would attack Scripture, and it should not cause us to doubt our faith. For one thing, few of the skeptics’ attacks on the Bible are new, and the ones that did arise in modern times are even more incompetent than the previous ones.

    The website alluded to above has a pretty exhaustive list of the passages that nonbelievers object to, so it is ideal to serve as a basis for the refutation of the claims that the Bible condones morally bad behavior.

    Human Sacrifice

    There is no passage where God condones actual child sacrifice; in fact, some of the worst condemnation comes to those who sacrifice their children (archaeological evidence shows that it was usually infant sacrifice) to Moloch (Lev. 18:21; 20:2–5; Jeremiah 32:34–35). In the Bible, human sacrifice is detestable because it falls under the category of the murder of an innocent human being, which is always condemned. But skeptics cite a number of passages where, they say, God condones and even commands human sacrifice:

    Genesis 22:1-8: The fact that God never intended for Abraham to kill his son doesn’t let Him off the hook, in the atheists’ mind (neither does the fact that the atheist doesn’t actually believe that He exists). It’s still an incredibly horrible thing for someone to do, the argument goes, and had Abraham lived in modern days, he’d be arrested for child abuse!

    But there are several things to consider in this case. Abraham, by this time, is an old man, and Isaac is old enough that he could have struggled and gotten away if he wanted. The fact that Abraham was able to bind him and put him on the altar suggests that Isaac was cooperating with the whole thing. Second, Abraham himself didn’t expect Isaac to die, or at least, he didn’t expect him to stay dead. Abraham told his servants that he and his son would return. Abraham knew very well that Isaac was the son through whom God had promised to build a great nation. So the only options were that God would provide another sacrifice (as eventually happened) or that God would resurrect Isaac.

    Exodus 13:1-2; 11 16: An average, rational person would have trouble seeing what this has to do with human sacrifice, so the atheistic argument must be spelled out: apparently, the priests are threatening to kill the kids unless they are redeemed with a burnt offering. This isn’t the case. The firstborn males are consecrated to the Lord, which means the firstborn males of the clean animals are destined to become burnt offerings (and the firstborn males of other animals and of humans must be redeemed with a burnt offering of the clean animals). Atheists unanimously ignore the context and symbolism of the consecration.

    Leviticus 27:28-29: These two verses refer to different situations. In the first instance, a man has made a vow to give something over to God; perhaps a family member, or an animal, or a piece of land. This is saying that he can’t pay to get out of keeping the vow. Verse 29 refers to a person “devoted to destruction”; i.e. a person who has committed a capital offense under the Law, so must be killed. Neither one of these is a human sacrifice; in the first case, the person would face life-long Temple service, and in the second, it’s capital punishment.

    Judges 11:29-40: No list of Bible atrocities would be complete without the case of Jephthah’s daughter. First, the vow was public—his daughter would have known about it. This makes it likely that she was the first one out of the house on purpose. Second, even if Jephthah had intended to make his daughter into a burnt offering, a Levite would be extremely unlikely to allow that. Third, the book of Judges is all about how bad Israel became when they forgot God and there was no king to enforce the Law. So this is an example of the Bible reporting something that it doesn’t necessarily condone. Most importantly, the fact that Jephthah’s daughter was much more concerned about her perpetual virginity than the end of her life strongly suggests that she was dedicated for lifelong Temple service, not burnt as an offering.

    Joshua 7; 1 Kings 13:1-2; 2 Kings 23:20-25: Joshua 7 is the case of Achan being killed for taking things that were supposed to be dedicated to the Lord and destroyed. The method of killing happened to include burning the corpses after stoning them. This is again an execution not human sacrifice, for a crime of treason, since Achan’s actions endangered the new nation. The prediction in 1 Kings 13 and its fulfillment in 2 Kings 23 involved people being burned on pagan altars to defile the altars and as a sign of judgment, not human sacrifice.

    Rape

    The passages in the Bible which skeptics accuse of advocating rape fall into several broad categories, so I will cover them according to those categories:

    “Rape” which is actually marriage:

    Judges 21:10-24: It should be noted that the book of Judges records a lot of atrocities that it doesn’t condone; the whole point of the book is that there was anarchy and that the nation of Israel got worse and worse when they forgot God and had no king to rule them. That being said, this incident doesn’t imply rape; it implies kidnapping and forced marriage. These women became the wives of their abductors. That doesn’t make the incident honorable, but the Bible doesn’t condone it in any case.

    Slavery was an evil that occurred on all inhabited continents, and all races have practised it and been its victims (the word comes from a heavily enslaved ‘white’ race, the Slavs). It was finally abolished only by evangelical Christians in the West using explicit biblical reasoning (see Anti-slavery activist William Wilberforce: Christian hero). Yet who do the antitheists single out for the evil of slavery? The Christian West!

    Numbers 31:7-18: The Midianites were previously involved in leading Israel into sin which caused God to judge the nation, so the death penalty for those involved was just. The virgin girls who were spared would have been mostly little girls who were too young to be married, and too young to be much good as slaves. So this is a case of the girls being mercifully absorbed into the nation of Israel.

    Deuteronomy 21:10-14: This passage laid out the rules for marrying a captive woman from the nations that the Israelites conquered. This is not rape, but marriage. This was actually merciful; the fact that there are any laws to protect captive women shows how far ahead of its time the Mosaic Law was. The woman was not allowed to be sold as a slave if the man disliked her; he had to let her go free.

    Exodus 21:7-11: This is one of the most-cited instances of misogyny in the Bible; apparently, the skeptic crows, the Bible regards women as property, so the father can sell his daughter as a slave if he wants to! But this is more like the following situation: A family is destitute. The father has the choice of letting his teenage daughter starve with the rest of the family, or he can ‘sell’ her to someone better off who can take care of her, and the money he gets can help the rest of the family to survive. This is really a form of giving in marriage, but such that the woman’s children do not automatically have inheritance rights (the husband can give her the status of a full wife, and her children full inheritance rights, at a later time if he wants). It isn’t what one would read in a modern romance novel, but in the ancient world (without any social welfare system), it would mean the difference between survival and starvation for the woman and her family.

    Passages taken out of context to support rape:

    Deuteronomy 22:28-29: To understand the reason behind this law, it is necessary to point out a few details. First, the Hebrew word here is simply the word “to have sexual relations with”; some English translations simply interpret this as “rape.” In the ancient world, women were so closely guarded by their families that it is possible that in this instance, it is not rape at all, and that the woman was willing. Furthermore, even in the case of rape, the woman might well demand that the man marry her because she would be unmarriageable. See 2 Samuel 13:1–22 for an instance where a rape victim demanded marriage.

    Deuteronomy 22:23-24: Like the above, this law uses the word for “to have sexual relations with”; some modern translations assume the meaning “rape” but this is not in the original. This refers specifically to engaged women (in the ancient world engagement was as legally binding as marriage and required a divorce to cancel) who are inside a town. As closely-packed as ancient towns were, she would be helped if she screamed; since she did not scream, there is an assumption that it was not rape, but adultery.

    Furthermore, why is the atheist concerned? Two atheistic evolutionists wrote a book with the horrifying claim that men rape for evolutionary reasons1—one of them squirmed in an interview to justify why rape should be considered wrong under his worldview.2

    Murder

    God condemns murder in so many places that to accuse Him of murder (that is, the intentional killing of persons which have committed no capital offense) is ludicrous. But if illogical arguments were eliminated from the atheists’ arsenal, the apologist would have considerably less to answer.

    If antitheists really want to show concern for murder, they could start with all those murdered by atheistic/evolutionary regimes: 77 million in Communist China, 62 million in the Soviet Gulag State, 21 million non-battle killings by the Nazis, 2 million murdered in the Khmer Rouge killing fields.

    The “atrocity lists” invariably include the death penalty passages from the Mosaic Law. But these are made into capital offenses, so someone who is killed as a result of disobeying these laws is being executed, not murdered. Unbelievers might complain that capital punishment for these reasons is unjust, but the burden of proof is on them to prove that it is unjust. So the death penalty passages will not be dealt with in this article. Killing in the biblical wars is also not dealt with, because criticisms of war killing assume that the war is not just, which the critic must prove.

    2 Kings 2:23-24: The mauling of the forty-two youths is a mainstay of the atrocities lists. Once again, the context will show that this is not an unreasonable act at all. First of all, the word that is translated “youths” more accurately means teenagers or young adults. Second, the reference to “bald head” probably refers to Elisha’s shaved head in mourning that his mentor Elijah was taken from him (male pattern baldness was not common in ancient times,3 so this explanation is the most likely). So a group of at least 42 young men is jeering at Elisha’s bereavement, and “go on up” is probably a threatening wish that the same thing that happened to Elijah would happen to Elisha. Elisha is therefore protecting himself by cursing them (and God obviously agrees because he sends the bears). 42 of the young men are mauled (the word can refer to an injury as minor as a scratch). That two bears were able to injure so many indicates that the youths were fighting the bears, and didn’t scatter.

    Furthermore, in the ancient world, what were 42 young men doing idle? They should have been helping their families. They were dangerous juvenile delinquents. A modern day equivalent would be finding one-self in a shady, abandoned part of town, and a gang of young thugs starts jeering.

    1 Samuel 6:19-20; 2 Samuel 6:3-7: This involves the deaths of some Israelites who looked in the Ark of the Covenant and the death of Uzzah when he touched the Ark. Numbers 4:1–20 has very specific instructions for moving the Ark, with the explicit warning that anyone who touches the Ark or looks in it will die. Multiple instructions had been disregarded in both passages before anyone died; the people moving the Ark were not even Levites—and only Kohathites were supposed to move the Ark. The Ark was moved on a cart instead of on poles carried by Kohathites. God actually showed incredible mercy in only killing those who actually touched and looked into the Ark. This is an example of God upholding His holiness; He had to draw the line somewhere.

    Acts 5:1-11: The death of Ananias and Sapphira is often mis-credited to Peter in the atrocity lists. But Peter never lays a hand on them; he simply announces the death sentence, which God carries out. The sin of Ananias and Sapphira was not holding back some of their own property; Peter says very clearly that the property was theirs to do with as they wished. Immediately preceding this story, Barnabas was noted for selling his field and giving the whole proceeds to the apostles. Ananias and Sapphira sold their field to compete with Barnabas, and by keeping some of the money back for themselves, they were trying to take credit for more than they were actually doing, which involved lying to the apostles and to the Holy Spirit. Especially with the Church in its infancy, such a thing had to be dealt with severely so it would stop others from doing the same thing.

    If the antitheists really want to show concern for murder, they could start with all those murdered by atheistic/evolutionary regimes: 77 million in Communist China, 62 million in the Soviet Gulag State, 21 million non-battle killings by the Nazis, 2 million murdered in the Khmer Rouge killing fields.4 See also:

    The blood-stained century of evolution
    Genocide, evolution and the Bible
    Review of The Irrational Atheist: Dissecting the Unholy Trinity of Dawkins, Harris, and Hitchens by Vox Day
    Review of What’s So Great About Christianity? by Dinesh D Souza
    Slavery

    The Bible is criticized for allowing slavery, and for not condemning it. At best, it’s seen to be a reflection of the morals of its time, at worst, actively evil. But it is a mistake to view the institution allowed in the Bible as equivalent to the slavery of Africans in American history. The slavery in the Bible is more like a form of indentured servitude. Such an arrangement would allow a poor man to survive. While not ideal, in an era before government welfare programs, slavery would be preferable to death, especially when some forms were more equivalent to modern-day employment than what we think of as slavery.

    We also see the rank hypocrisy of atheistic attacks on the Bible. Slavery was an evil that occurred on all inhabited continents, and all races have practised it and been its victims (the word comes from a heavily enslaved “white” race, the Slavs). It was finally abolished only by evangelical Christians in the West using explicit biblical reasoning (see Anti-slavery activist William Wilberforce: Christian hero). Yet who do the antitheists single out for the evil of slavery? The Christian West!

    Conclusion

    Atrocity lists in the Bible are not so much a product of bad hermeneutical skills as a complete lack of knowledge about the social context of the passage, and even basic reading skills. While this article only covered a sampling of the most common “biblical atrocities”, this serves to show that the arguments of those who accuse God of moral depravity based on episodes from Scripture unravel upon closer examination.

    references
    Thornhill, R. and Palmer, C.T., A Natural History of Rape: Biological Bases of Sexual Coercion, The MIT Press, Massachusetts, 2000. Return to text.
    Lofton, J., Rape and evolution (interview with Craig Palmer, co-author of Ref. 1), Creation 23(4):50–53, 2001. Return to text
    Kaiser, W.C., Davids, P.H. and Bruce, F.F., Hard Sayings of the Bible, p. 233, Intervarsity Press, Downer’s Grove, IL, 1996. Return to text
    Rummel, R.J., Death by Government, New Brunswick, N.J.: Transaction Publishers, 1994. Return to text
    Related Articles
    Answering close family on creation questions
    Does the Bible promote injustice?
    Genocide, evolution and the Bible
    ‘Christian’ vs evolutionary atrocities
    What about bad things done by the Church?
    ‘Awful’ rules in the Bible
    Settling for less
    Further Reading
    How can the bloodshed inflicted upon the Israelites’ enemies in the OT be reconciled with an all-good God? What about slavery? Or atrocities committed by professing Christians?

  4. Anonymous says:

    There is plenty of evil in “the Good Book,” but here are some highlights:
    1. God drowns the whole earth.
    In Genesis 7:21-23, God drowns the entire population of the earth: men, women, children, fetuses, and perhaps unicorns. Only a single family survives. In Matthew 24:37-42, gentle Jesus approves of this genocide and plans to repeat it when he returns.
    2. God kills half a million people.
    In 2 Chronicles 13:15-18, God helps the men of Judah kill 500,000 of their fellow Israelites.
    3. God slaughters all Egyptian firstborn.
    In Exodus 12:29, God the baby-killer slaughters all Egyptian firstborn children and cattle because their king was stubborn.
    4. God kills 14,000 people for complaining that God keeps killing them.
    In Numbers 16:41-49, the Israelites complain that God is killing too many of them. So, God sends a plague that kills 14,000 more of them.
    5. Genocide after genocide after genocide.
    In Joshua 6:20-21, God helps the Israelites destroy Jericho, killing “men and women, young and old, cattle, sheep and donkeys.” In Deuteronomy 2:32-35, God has the Israelites kill everyone in Heshbon, including children. In Deuteronomy 3:3-7, God has the Israelites do the same to the people of Bashan. In Numbers 31:7-18, the Israelites kill all the Midianites except for the virgins, whom they take as spoils of war. In 1 Samuel 15:1-9, God tells the Israelites to kill all the Amalekites – men, women, children, infants, and their cattle – for something the Amalekites’ ancestors had done 400 years earlier.
    6. God kills 50,000 people for curiosity.
    In 1 Samuel 6:19, God kills 50,000 men for peeking into the ark of the covenant. (Newer cosmetic translations count only 70 deaths, but their text notes admit that the best and earliest manuscripts put the number at 50,070.)
    7. 3,000 Israelites killed for inventing a god.
    In Exodus 32, Moses has climbed Mount Sinai to get the Ten Commandments. The Israelites are bored, so they invent a golden calf god. Moses comes back and God commands him: “Each man strap a sword to his side. Go back and forth through the camp from one end to the other, each killing his brother and friend and neighbor.” About 3,000 people died.
    8. The Amorites destroyed by sword and by God’s rocks.
    In Joshua 10:10-11, God helps the Israelites slaughter the Amorites by sword, then finishes them off with rocks from the sky.
    9. God burns two cities to death.
    In Genesis 19:24, God kills everyone in Sodom and Gomorrah with fire from the sky. Then God kills Lot’s wife for looking back at her burning home.
    10. God has 42 children mauled by bears.
    In 2 Kings 2:23-24, some kids tease the prophet Elisha, and God sends bears to dismember them. (Newer cosmetic translations say the bears “maul” the children, but the original Hebrew, baqa, means “to tear apart.”)
    11. A tribe slaughtered and their virgins raped for not showing up at roll call.
    In Judges 21:1-23, a tribe of Israelites misses roll call, so the other Israelites kill them all except for the virgins, which they take for themselves. Still not happy, they hide in vineyards and pounce on dancing women from Shiloh to take them for themselves.
    12. 3,000 crushed to death.
    In Judges 16:27-30, God gives Samson strength to bring down a building to crush 3,000 members of a rival tribe.
    13. A concubine raped and dismembered.
    In Judges 19:22-29, a mob demands to rape a godly master’s guest. The master offers his daughter and a concubine to them instead. They take the concubine and gang-rape her all night. The master finds her on his doorstep in the morning, cuts her into 12 pieces, and ships the pieces around the country.
    14. Child sacrifice.
    In Judges 11:30-39, Jephthah burns his daughter alive as a sacrificial offering for God’s favor in killing the Ammonites.
    15. God helps Samson kill 30 men because he lost a bet.
    In Judges 14:11-19, Samson loses a bet for 30 sets of clothes. The spirit of God comes upon him and he kills 30 men to steal their clothes and pay off the debt.
    16. God demands you kill your wife and children for worshiping other gods.
    In Deuteronomy 13:6-10, God commands that you must kill your wife, children, brother, and friend if they worship other gods.
    17. God incinerates 51 men to make a point.
    In 2 Kings 1:9-10, Elijah gets God to burn 51 men with fire from heaven to prove he is God.
    18. God kills a man for not impregnating his brother’s widow.
    In Genesis 38:9-10, God kills a man for refusing to impregnate his brother’s widow.
    19. God threatens forced cannibalism.
    In Leviticus 26:27-29 and Jeremiah 19:9, God threatens to punish the Israelites by making them eat their own children.
    20. The coming slaughter.
    According to Revelation 9:7-19, God’s got more evil coming. God will make horse-like locusts with human heads and scorpion tails, who torture people for 5 months. Then some angels will kill a third of the earth’s population. If he came today, that would be 2 billion people.
    Now, Christians have spent thousands of years coming up with excuses for a loving god that would allow or create such evil. In fact, they’ve come up with 12 basic responses, which are the subject of The Tale of the Twelve Officers.
    – See more at: http://commonsenseatheism.com/?p=21#sthash.BnaVM1Ye.dpuf

  5. Anonymous says:

    Dr Ian Guthridge memetik banyak contoh penghapusan bangsa di dalam Perjanjian Lama:[7]:319-320

    “ Bible juga mengandungi cerita menggerunkan mengenai apa yang hanya dapat digambarkan sebagai “holokus Bible”. Kerana, untuk memastikan umat pilihan itu jauh daripada dan tidak dipengaruhi oleh kepercayaan dan amalan asing kaum asli atau berjiran, apabila Tuhan mengarahkan umat pilihannya menakluki Tanah yang Dijanjikan, dia menempatkan kota demi kota “di dalam larangan” – yang bermaksud setiap lelaki, wanita dan kanak-kanak akan disembelih dengan mata pedang.
    Jadi kita baca di dalam Kitab Bilangan bahawa orang Yahudi “memerangi Midian, seperti yang diarahkan Yahweh kepada Musa, dan mereka membunuh setiap lelaki… Bani Israel menawan wanita-wanita Midian bersekali dengan anak-anak kecil mereka, dan merampas semua lembu, ternakan dan barang-barang mereka. Mereka membakar pekan-pekan tempat tinggal kaum Midian dan perkhemahan mereka… Kemudian, apabila mereka membawa tawanan-tawanan itu, dan harta rampasan perang kepada Musa…, Musa menjadi berang…. “kenapa kamu biarkan semua perempuan itu hidup…? Jadi bunuh semua kanak-kanak lelaki itu. Bunuh juga semua wanita yang pernah tidur dengan lelaki. Biarkan hanya gadis-gadis muda yang belum pernah tidur dengan lelaki sahaja hidup dan ambil mereka untuk diri kamu sendiri”.Num 31:7-19.

    Serupa juga di dalam Kitab Ulangan, apabila orang Yahudi menyerang kerajaan Amorite yang diperintah Sihon, “Yahweh Tuhan kita mengirimnya kepada kita… Kita menawan semua kotanya dan meletakkan keseluruhan pekan dalam larangan, lelaki, perempuan dan kanak-kanak; kita tidak biarkan sesuatu pun hidup melainkan ternakan yang kita ambil sebagai harta rampasan perang kita”.Deut 2:33-35

    Begitu juga dengan kerajaan Transjordan Og, raja Bashan: “Kami menawan semua pekannya pada masa itu… 60 buah pekan… Kami meletakkan mereka dalam larangan… – keseluruhan pekan itu, lelaki, perempuan dan kanak-kanak, di dalam larangan”.Deut 3:4-7.

    Kadang kala, larangan mungkin berbeza-beza; kerana di dalam bab terkemudian dalam kitab yang sama, kita baca bahawa “jika (sebuah pekan) menolak keamanan dan memberi penentangan,… Yahweh Tuhan kita akan menghantarnya kepada kekuasaan kamu dan kamu hendaklah bunuh semua kaum lelaki dengan pedang. Tetapi kaum perempuan, kanak-kanak, ternakan dan semua yang ada di dalam pekan itu, semua rampasannya, kamu boleh ambil untuk dirimu sendiri sebagai harta rampasan perang.Deut 20:12-14.

    Di dalam Kitab Joshua, kita baca tentang kes yang paling masyhur – jatuhnya Jericho: “Kemudian Yahweh berkata kepada Joshua, ‘Sekarang aku menghantar Jericho dan rajanya ke dalam tanganmu”. Jadi, apabila “tembok-tembok Jericho runtuh”, pahlawan-pahlawan Yahudi “memaksakan larangan ke atas setiap yang ada di dalam pekan itu: lelaki dan perempuan, tua dan muda, malahan lembu dan kambing serta keldai, semuanya mereka bunuh”.Joshua 6:21

    Sama juga dengan orang Ai; kerana “Yahweh berkata kepada Joshua… “Kamu harus buat terhadap Ai dan rajanya seperti mana yang kamu buat terhadap Jericho dan rajanya…”Joshua 8:2 dan “bilangan mereka yang mati pada hari itu, lelaki dan perempuan semua sekali, adalah 12 ribu orang, semua orang Ai … Semuanya dibunuh dengan mata pedang”.Joshua 8:24-25

    Sama juga dengan Kan’an selatan, yang “Yahweh berikan kepada kekuasaan Israel; dan Israel memukul setiap makhluk bernyawa di situ dengan mata pedang, dan tiada satu pun yang dibiarkan hidup”.Joshua 10:30 Sama juga di Lachish yang “tiada seorang pun dibiarkan hidup.”Joshua 10:33


    Perjanjian Lama mengandungi petikan-petikan Tuhan mengarahkan Bani Israel menghapuskan tujuh bangsa Kan’an, dan menggambarkan beberapa peperangan penghapusan yang menghancurkan keseluruhan kota-kota atau kumpulan manusia. Contohnya termasuklah cerita Amalek(Deut 25:17-19, 1 Sam 15:1-6), dan arahan untuk memusnahkan mereka,[25] cerita Midian(Numbers 31:1-18),[26] dan pertempuran Jericho (Joshua 6:1-27).[27]

    [28] [29] [30][31][32] Takat penghapusan itu digambarkan di dalam petikan kitab suci Deut 20:16-18 yang mengarahkan Bani Israel supaya “tidak membiarkan sebarang benda yang bernyawa hidup… musnahkan mereka sepenuhnya…”.[33] lalu membawa ramai sarjana untuk menyifatkan penghapusan-penghapusan itu sebagai penghapusan bangsa.[9] [10] [12] [13] [14] [15] [17] [18] [34] [35] Niels Peter Lemche menegaskan bahawa kolonisme Eropah pada kurun ke-19 adalah berdasarkan secara ideologi pada penceritaan Perjanjian Baru mengenai penaklukan dan penghapusan.[19] Arthur Grenke mendakwa bahawa pandangan atau perang yang diungkapkan di dalam Ulangan menyumbang pada kemusnahan Orang Asli Amerika dan kepada kemusnahan Orang Yahudi Eropah.[36]

  6. Anonymous says:

    Tentera Salib: Manusia Tidak Bertamadun Yang Menginjak Agamanya Sendiri

    Isi kandungan agama yang benar atau sistem kepercayaan adakalanya boleh diseleweng oleh penganutnya yang palsu (pseudo-adherents). Contoh yang tepat boleh dilihat ketika zaman kegelapan dalam sejarah Kristian yang diputarbelitkan oleh tentera perang salib.

    Tentera salib yang terdiri dari penganut Kristian Eropah yang bermatlamat untuk menjajah Holy Land (Palestin) dari tangan orang Islam di akhir abad ke-11 sebenarnya dikatakan berjuang atas nama agama. Tetapi mereka telah memanipulasi pengikutnya dengan memasuki tanah itu dengan keganasan dan kekejaman. Orang ramai yang tidak bersalah menjadi mangsa pembunuhan dan banyak kampung dan kota diceroboh.

    Jerusalem yang menjadi kediaman orang Islam, Yahudi dan Kristian di bawah pentadbiran Islam yang aman telah bertukar menjadi medan pertumpahan darah yang amat dahsyat. Kekejaman mereka tidak berhenti setakat itu sahaja malah kota Istanbul yang merupakan kota Kristian juga diceroboh dan habis emas permata dicuri dari gereja-gereja.

    Tanpa disangkal bahawa keganasan ini amat bertentangan dengan ajaran Kristian kerana agama Kristian yang dimaksudkan Bible ialah ‘Gospel of Love’. Di dalamnya menurut Matthew, Jesus mengatakan, “Kasihilah musuh kamu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” kepada penganutnya (Matthew, 5/44). Menurut Luke pula, Jesus mengungkapkan “Jika seseorang memukul pipi kamu, balaslah dengan cara yang lain” (Luke, 6/29). Di dalam bahagian New Testament pula tidak ada langsung rujukan yang melegitimasi keganasan.
    Yang menjadi persoalan ialah jika Kristian adalah agama yang berteraskan kasih sayang, bagaimana boleh terjadi peristiwa berdarah yang dilakukan tentera salib? Punca utama berlaku sedemikian ialah kerana tentera salib itu dibentuk dari mereka yang jahil tentang agama, yang tidak pernah membaca atau melihat Bible sepanjang hayat atau mereka yang tidak menghayati ajaran yang terkandung di dalam Bible.
    Mereka dihimpunkan menjadi tentera salib di bawah slogan “God wills it”.

    Mengikut sejarah, pada zaman itu kehidupan penganut Kristian di Timur lebih bertamadun jika dibandingkan dengan Kristian di Barat. Cuma selepas peristiwa berdarah itulah barulah Kristian Ortodoks mengambil pendekatan untuk hidup bersama orang Islam. Menurut Terry Johns, pengulas BBC, dengan berakhirnya perang salib di timur tengah ‘telah mewujudkan kehidupan bertamadun dengan gabungan tiga agama di bawah satu bumbung keamanan’. Nyata bahawa tentera salib itu bukanlah penganut sejati Kristian tetapi mereka terdiri dari orang yang jahil dalam segala ilmu lalu dipergunakan untuk menjayakan sesuatu ideologi walaupun tidak wujud langsung sebarang kepentingan ideologi itu dalam agama. Kekejaman Khmer Rouge di Kemboja menjadi contoh kerana terpengaruh dengan ideologi komunis yang cenderung kepada keganasan. Sebabnya juga kerana mereka terdiri dari orang yang jahil. Mereka yang jahil ini sebenarnya keliru dengan tujuan keganasan yang kononnya digunakan untuk membanteras keganasan (atau untuk agama).

    Sifat Orang Badwi di dalam Al-Quran

    Pada zaman Nabi Muhammad (s.a.w) wujud dua bentuk penempatan di tanah Arab iaitu penduduk kota dan badwi (gurun Arab). Mereka yang tinggal di kota banyak terdedah dengan dunia luar dan kehidupan mereka lebih bertamadun. Kehidupan mereka penuh dengan nilai-nilai murni selain membudayakan hidup dengan kesusasteraan terutamanya puisi. Berbeza dengan mereka yang mendiami di gurun yang hidup berpindah randah (nomad) dengan nilai kebudayaan yang carca merba. Kesenian dan kesusasteraan langsung tidak dipedulikan menyebabkan mereka membangun tanpa nilai murni dan sifat yang luhur.

    Islam yang mula berkembang di Mekah merupakan kota yang penting di semenanjung Arab. Justeru, ramailah yang memeluk Islam dan penduduk di gurun juga tidak ketinggalan memeluknya. Setelah itu timbul masalah kerana penghuni gurun ini mundur dari segi kebudayaan dan intelektual yang menghalang mereka memahami dan mendalami Islam sepenuh jiwa. Allah menyatakan hal ini di dalam Al-Quran:

    Orang-orang Arab Badwi itu, lebih banyak kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surah at-Taubah: 97)

    Nyatalah bahawa orang badwi itu merupakan kumpulan yang terdiri dari orang yang kufur yang munafiq serta cenderung untuk mengengkari perintah tuhan. Di dalam zaman nabi sendiri orang-orang sebegini menjadi petulang di dalam dunia Islam. Contohnya seperti golongan ‘Kharijiyyah’ yang jelas bersifat luar tatasusila kerana mereka merupakan kelompok yang keluar dan memberontak dari golongan Syiah.
    Golongan fanatik, liar dan ekstrem ini mendakwa diri mereka Islam walaupun tidak memahami Islam sepenuhnya selain menyeleweng isi
    Al-Quran untuk memerangi orang Islam sendiri. Saidina Ali yang merupakan sahabat paling rapat dengan nabi sehingga diiktiraf ‘pintu segala ilmu’ juga dibunuh angkara aktiviti ganas golongan kharijiyyah ini.

    Telah terbukti bahawa tentera salib mengganas setelah ajaran Kristian diseleweng dan disalahtafsirkan, begitu juga dengan puak-puak yang mengkhianat Islam semata-mata untuk menghalalkan keganasan. Apa yang sama antara tentera salib dan orang badwi ini ialah mereka jahil, tidak faham, kurang didikan, liar dan terpencil dari umum. Keganasan yang dilakukan mereka berpunca dari struktur sosial bukannya agama yang menuntut melakukannya.

    Hari ini, dunia Barat telah menyalahertikan fungsi organisasi atau pertubuhan Islam di seluruh dunia. Bagi mereka semua organisasi atau pertubuhan itu merupakan pendukung kepada kegiatan keganasan. Persepsi ini perlu diubah walaupun terdapat badan pengadilan yang boleh membuktikan kesahihan dakwaan itu. Yang penting ialah langkah jangka masa panjang perlu dirangka supaya dapat menyelesaikan permasalahan ini.

    Dunia Barat terutamanya Amerika yang mempunyai kuasa majoriti di dunia tidak patut mempergunakan kuasa itu untuk memerangi Islam atau orang Islam tetapi sebaik-baik dipergunakan untuk memberi khidmat bagi menyantuni keperluan dunia Islam. Teori ‘benturan peradaban’ (clash of civilization) yang menjadi doktrin bermula 90an ini sewajarnya dilenyapkan.

    Dalam masa yang sama, umat Islam diseru bersatu bagi menyebarluaskan maklumat tentang Islam yang menganjurkan kasih sayang, persaudaraan, keamanan dan kesejahteraan. Sebarang informasi yang salah boleh menimbulkan perbalahan dan menyemai semangat radikal. Selain itu, umat Islam seharusnya menonjolkan akhlak-akhlak mulia yang ditonjolkan Al-Quran.

    Dari penjelasan di atas dapat difahami bahawa punca keganasan ialah kesempitan fikiran dan setentunya pendidikan merupakan jalan keluar baginya. Orang yang kesal dengan keganasan dan yang mengatakan keganasan hanya menghancurkan dan merosakkan Islam dan seluruh masyarakat seharusnya mengambil inisiatif untuk mencari alternatif mendidik masyarakat bagi membendung keganasan.

    Harapan semua orang supaya dapat menyelamatkan dunia dari segala keganasan, huru-hara dan kekejaman patut diberi perhatian.
    Amerika Syarikat yang didominasi oleh populasi Kristian yang mendakwa negaranya ‘a nation under God’ sebenarnya mempunyai perkaitan rapat dengan orang Islam. Allah juga mengatakan penganut Kristian sebagai “…paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. (Surah al-Maidah: 82).

    Dalam sejarah, orang yang jahil (tentera salib dan orang badwi) sebenarnya tidak memahami fakta sebenar sehingga menimbulkan perbalahan antara dua agama yang besar ini. Supaya kejadian ini tidak berulang, penganut Kristian dan Islam sepatutnya duduk semeja untuk saling bekerjasama. Duduk semeja bukan untuk mencari siapa salah tetapi bermusyawarah menghasilkan penyelesai masalah agar tidaklah lagi agama dikaitkan dengan sebarang keganasan. Susu sebelanga akan dibuang sekiranya dimasuki walau hanya setitik nila!

  7. Suarakebenaran says:

    Yang saya tau menurut tradisi Alkitab, Muhammad bukan nabi dan rasul.

    Alasannya adalah :
    Nabi adalah utusan Tuhan Yehova, seperti nabi-nabi lainya, sedangkan Muhammad saw. siapa yang mengutusnya tidak jelas?? Apakah Waraqah pendeta dari sekte nestorian itu atau Khadijah istrinya. Mungkin juga mahluk yang ditemuinya di gua Hira. Atau malaikat jibril???
    Atau Allah pagan yang mengutusnya juga tidak jelas, dimana, dalam peristiwa apa???? Atau pengakuan sendiri saja@!! Dan tidak ada satupun nubuatan tentang kedatangan nabi yang bernama Muhammad dalam Alkitab.
    Muhammad sebagai rasul, menurut tradisi Alkitab rasul adalah utusan Yesus atau murid Yesus yang bertugas mengajarkan tentang apa yang telah dibuat Yesus sebagai teladan dalam hidup dan pebuatan dan mengajarkan tentang hal kerajaan surga.
    Kalau Muhammad sebagai rasul, apakah Muhammad pernah bertemu Yesus sehingga Yesus mengambilnya sebagai murid lalu mengutusnya dalam hal apa??? Tapi yang kita tau justru sebaliknya serba tidak jelas (abu-abu). Tidak ada rangkai cerita, loncat-loncat, so sangat berlawanan. Kalau kita baca dgn serius kitab quran dari gaya dan bahasa kita langsung tau bahwa Muhammad mengendalikan Allah dan Jibril (Dwi in one) untuk keperluan pribadinya dan politik sebagai tujuan dan selalu ditutup dgn kalimat penutup yang membuat pengikutnya tak membantah. Orang yang pintar langsung tau inilah kelemahannya. Dari seorang yang buta huruf???…

    Bagi yang merasa terpanggil mohon penjelasan agar kita semua mendapat pencerahan.

Leave a comment